Monday, October 26, 2020

Dasar-Dasar dan Sejarah Ilmu Kalam

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

HALO, MANTEMAN!

Berjumpa lagi dengan Ajeng di blog^^
Yuk kita lanjut bersama-sama ke pembahasan tentang Sejarah Perkembangan dan Faktor Munculnya Ilmu Kalam.

 

A. Sejarah Perkembangan Ilmu Kalam

1. Masa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam

      Pada masa Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam, umat Islam bersatu. Hal ini disebabkan jika ada pendapat di antara kaum muslimin dapat langsung ditanyakan kepada beliau. Namun, pada fase Mekah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga dihadapkan banyak tantangan saat itu, seperti perlawanan kelompok musyrikin Quraisy yang tidak mau menerima ajaran beliau shallallahu 'alaihi wa sallam dan berusaha merusak serta memusuhinya dan para pengikutnya, beliau juga harus menghadapi tantangan dari ahli kitab yang terdiri atas dua kelompok penganut agam Nasrani dan Yahudi, sedangkan beliau juga harus memberikan pembinaan akidah Islam kepada para sahabat yang telat mengikuti seruan ajaran beliau shallallahu 'alaihi wa sallam agar akidah dan keimanan mereka semakin kuat dan tidak kembali lagi pada akidah sebelumnya.

     Dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memiliki cara-cara yang bijaksana dan patut dijadikan teladan. Kepada ahli kitab, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyuruh para sahabat untuk bersikap imbang, tidak menyalahkan dan tidak membenarkan tentang apa saja yang mereka beritakan. Kepada kaum musyrikin Quraisy, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan kepada para sahabatnya untuk bersikap tegas dan keras karena sistem kepercayaan mereka benar-benar salah dan harus diperbaiki.

      Beberapa sebab penyimpangan akidah pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:

   1. Orang-orang yang terus terkurung dalam kejahilan karena tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan.

      2. Kebiasaan orang Arab yang selalu mengagungkan keturunan dan golongan.

      3. Adanya kaum munafik yang selalu menggerogoti keyakinan umat.

      4. Adanya orang yang mengaku nabi setelah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

2. Masa Abu Bakar Ash-Shidiq (11-13 H/632-634 M)

           Rasulullah tidak mengajarkan cara pemilihan pemimpin sehingga muncul permasalahan ketika para sahabat harus menentukan pemimpin atau khalifah pengganti beliau. Kaum Anshar menekankan pada persyaratan jasa dan mengajukan calon Sa’ad Bin Ubadah. Kaum Muhajirin menekankan pada persyaratan kesetiaan dan mengajukan Abu Ubaidah Bin Jarrah. Sementara itu, ahlul bait menginginkan Ali Bin Abi Thalib yang menjadi khalifah atas dasar kedudukannya dalam Islam, menantu dan karib Rasulullah. Hampir saja terjadi perpecahan diantara mereka. Namun, melalui perdebatan dengan beradu argumentasi, akhirnya terjadinya pemilihan yang berlangsung secara demokratis di Muktamar Saqifah bani Sa’idah. Pemilihan yang terjadi saat itu memenuhi tata cara perundingan yang dikenal dunia modern saat ini. Dari pemilihan tersebut akhirnya terpilihlah Abu Bakar dan disetujui oleh jamaah kaum muslimin untuk menduduki jabatan khalifah.

    Sebagai khalifah pertama, Abu Bakar dihadapkan pada keadaan masyarakat yang kacau sepeninggal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Banyak yang memilih kembali pada keyakinan lamanya (murtad). Bermunculan orang-orang yang mengaku nabi, dan orang-orang enggan yang membayar zakat. Meski terjadi perbedaan pendapat tentang tindakan yang akan dilakukan dalam menghadapi kesulitan tersebut, namun kebesaran jiwa dan ketabahan hatinya tetap kelihatan. Beliau bersumpah akan memerangi semua golongan yang menyimpang kebenaran. Kekuasaan yang dijalankan pada masa Abu Bakar sebagaimana pada masa Rasulullah, bersifat sentral, kekuasaan legilslatif, eksekutif, dan yudikatif berpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan khalifah juga melaksanakan penegakan hukum. Khalifah Abu Bakar selalu mengajak para sahabatnya bermusyawarah pada setiap pengambilan keputusan. Kemudian Abu bakar Ash-Shiddiq menjadi Khalifah hanya 2 tahun, karena tak lama ia jatuh sakit. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, ia menunjuk Umar bin Khattab sebagai pengganti setelahnya.

3. Masa Umar bin Khaththab (13-23 H/634-644 M)

          Umar bin Khaththab diangkat dan dipilih oleh para pemuka masyarakat dan disetujui oleh jamaah kaum muslimin. Pada saat itu menderita sakit dan menjelang ajal tiba, Abu Bakar melihat situasi negara masih labil dan pasukan bertempur di medan perang. Kondisi ini tidak boleh terpecah belah akibat perbedaan keinginan tentang siapa calon penggantinya. Maka beliau memilih Umar bin Khattab dan pilihannya ini sudah dimintakan pendapat dan persetujuan pemuka masyarakat, walaupun sempat ada golongan yang menentang keputusannya.

    Di antara perkembangan-perkembangan pada masa Khalifah Umar bin Khaththab adalah pemberlakuan ijtihad, penghapusan hukum nikah mut'ah, lahirnya ilmu fikih, pengadaan tahun hijriah, dan masih banyak lagi.

4. Masa Utsman bin Affan (23-35 H/644-656 M)

        Utsman bin Affan dipilih dan diangkat dari beberapa calon pilihan Khalifah Umar bin Khattab menjelang wafatnya karena pembunuhan yang dilakukan oleh Fairuz(AbuLu’lu’ah), seorang budak mugirah. Beberapa calon tersebut adalah Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Sa’ad bin Abi Waqas, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Abdullah bin Umar. Beliau menunjuk mereka sebagai pengganti yang menurutinya dan pengamatan mayoritas kaum muslimin memang pantas menduduki jabatan khalifah.

          Pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan mengalami masa kemakmuran dan keberhasilan dalam beberapa tahun pertama. Beliau melanjutkan kebijakan-kebijakan Khalifah Umar. Pada separuh terakhir masa pemerintahannya, muncul kekecewaan dan ketidakpuasan dikalangan masyarakat, karena beliau mulai mengambil kebijakan yang berbeda dari sebelumnya. Utsman bin Affan mengangkat keluarganya(BaniUmayyah) pada kedudukan yang tinggi. Beliau mengadakan penyempurnaan pembagian kekuasaan pemerintahan. Utsman bin Affan menekankan sistem kekuasaan pusat yang menguasai seluruh pendapatan provinsi dan menetapkan seorang juru hitung dari keluarganya sendiri.

5. Masa Ali bin Abi Thalib (35-40 H/656-661 M)

       Ali bin Abi Thalib tampil memegang pucuk kepemimpinan negara di tengah-tengah kepemimpinan negara di tengah-tengah kericuhan dan huru-hara perpecahan akibat terbunuhnya Usman bin Affan oleh pemberontak. Ali bin Abi Thalib diangkat dan dipilih oleh jamaah kaum muslimin di Madinah dalam suasana yang sangat kacau. Pada masa pemerintahannya, Ali bin Abi Thalib menghadapi penyerangan Thalhah, Zubair, dan Aisyah yang dikenal dengan Perang Jamal.

           Bersamaan dengan itu, kebijakan-kebijakan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur Damaskus, yaitu Muawiyah. Pertempuran ini dikenal dengan Perang Siffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase) yang juga menjadi penyebab timbulnya golongan ketiga, yaitu Khawarij. Khawarij berpendapat bahwa persoalan saat itu tidak dapat diputuskan dengan tahkim, namun keputusan itu hanya datang dari Allah dengan kembali kepada hukum-hukum yang ada di dalam Al-Qur'an.

6. Masa Dinasti Umayyah

        Akibat dari kekacauan politik pada masa Khalifah Utsman bin ‘Affan dan Ali, timbul beberapa golongan dalam Islam, yaitu golongan Khawarij, Syi’ah dan Murji’ah. Golongan ini pada mulanya tumbuh disebabkan ada unsur politik, namun pada kelanjutannya berkembang menjadi aliran keagamaan. Hal ini terjadi disebabkan masing-masing berusaha untuk memperkuat pendirian-pendirian politik mereka dengan menggunakan dalih agama yang bisa menguntungkan politik mereka.

7. Masa Dinasti Abbasiyyah

           Peradaban Islam mengalami puncak kejayaan pada masa daulah Abbasiyah. Perkembangan ilmu pengetahuan sangat maju yang di awali dengan penerjemah naskah asing terutama yang berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab, pendirian pusat perkembangan ilmu, dan perpustakaan dan terbentuknya mahzahab ilmu pengetahuan dan keagamaan sebagai buah dari kebebasan berfikir. Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti Islam yang paling berhasil dalam mengembangkan peradaban Islam. Para ahli sejarah tidak meragukan hasil kerja para pakar pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah dalam memajukan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam.

            Di samping itu pula ilmu filsafat, logika, metafisika, matematika, ilmu alam, geografi, al jabar, aritmatika, dll masuk ke dalam Islam melalui terjemahan dari bahasa Yunani Persia ke dalam bahasa Arab, di samping bahasa India. Lembaga pendidikan masa Dinasti Abbasiyah mengalami perkembangan dan kemajuan sangat besar. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan.

B. Faktor-Faktor Timbulnya Ilmu Kalam

1. Faktor Internal
        a) Dorongan dan Pemahaman terhadap Al-Qur'an
                Pemahaman terhadap Al-Qur'an menimbulkan banyak pendapat yang berbeda yang senantiasa mengajak kaum muslimin untuk terus berpikir. Tuntunan berpikir itulah yang menyebabkan umat Islam pada saat itu menentukan sesuatu dengan pikirannya tanpa mengembalikan hasil pemikirannya itu kepada Al-Qur'an sehingga menimbulkan perpecahan di antara umat Islam.
                Perbedaan dalam memahami Al-Qur'an di antara para pemimpin mengakibatkan mereka beristinbat atau mengambil keputusan dengan pemahaman masing-masing. Sementara, di dalam Al-Qur'an banyak terdapat ayat mutasyabihat.
        b) Penyerapan Hadis yang Berbeda
                Dalam menerima berita atau hadis, para sahabat menerimanya dari aspek matan. Ada yang disebut hadis riwayah (asli dari Rasulullah), dirayah (redaksinya disusun oleh para sahabat), dan ada pula yang dipengaruhi oleh israiliyah, yaitu hadis yang disusun oleh orang-orang Yahudi dengan tujuan mengacaukan Islam.
        c) Persoalan Politik
                Puncak perselisihan umat terjadi pada peristiwa terbunuhnya Usman bin Affan. Sejak peristiwa itu, umat Islam mulai berani berpendapat tentang soal-soal agama, membuat pendapat, dan mengemukakan alasan yang dibuat-buat demi mempertahankan pendapatnya. Perang Jamal dan Perang Siffin sebagai contoh pemberontakan yang dilatarbelakangi oleh permasalahan politik.
                Banyak permasalahan politik yang pada saat itu dibalut dengan permasalahan agama. Hal itu dilakukan dengan tujuan memikat hati rakyat. Mereka bergerak dengan aliran dari segala doktrinnya dengan alasan untuk mempertahankan agama. Hampir semua aliran yang ada di dalam ilmu kalam memiliki latar belakang mempertahankan ajaran agama walaupun pada kenyataannya kemudian menyimpang. Pada masa itu sering terjadi pembunuhan terhadap lawan politik dengan alasan agama untuk menutupi tujuan politiknya.
        d) Adanya Kepentingan Kelompok
                Kepentingan kelompok dan golongan pada umumnya mendominasi sebab timbulnya suatu aliran. Khawarij dan Syi'ah merupakan dua aliran yang memiliki kepentingan dalam kelompoknya masing-masing. Aliran Syi'ah adalah golongan atau orang yang sangat memuja Ali bin Abi Thalib, sedangkan Khawarij sebaliknya. Khawarij adalah kelompok yang kecewa dengan keputusan Ali yang menerima tahkim.
                Mereka menggunakan dalil Al-Qur'an dan Hadits sesuai dengan pemahaman mereka sendiri untuk mempertahankan pendapat kelompok mereka dan untuk mendapatkan simpati dari masyarakat. Demi kepentingan kelompok, mereka membuat aliran baru dan berusaha mempertahankannya dengan menghalalkan berbagai cara.

2. Faktor Eksternal
        a) Banyaknya Pemeluk Islam Setelah Kota Mekah Ditaklukkan
                Sebelum Kota Mekah ditaklukkan, masyarakat sudah memiliki agama sendiri dan terbiasa melaksanakan aturan agamanya. Setelah merasa aman dan terbebas dari kekangan umat Islam, mereka mulai mengkaji ulang akidah agama-agama mereka yang dulu dan mengembangkannya dalam akidah Islam. Mereka memasukkan ajaran akidah mereka ke dalam ajaran agama Islam.
                Karena percampuran ajaran itulah maka ada beberapa aliran yang memiliki dotrin menyimpang dari ajaran agama Islam, seperti doktrin tanasukh (reinkarnasi). Di dalam ajaran Islam tidak ada ajaran Islam tentang reinkarnasi, yaitu seseorang yang telah meninggal dunia akan terlahir kembali melalui jasad orang lain atau melalui makhluk hidup yang lain.
                Ada juga paham yang memasukkan sistem ketuhanan al-Masih (berasal dari Agama Nasrani), menjadi ketuhanan Muhammad, Ali, Fatimah, Hasan dan Husain, serta mengatakan bahwa mereka adalah satu. Ruh yang ada dalam diri mereka adalah sama.
        b) Kelompok-Kelompok Islam yang Menyimpang
                Aliran Muktazilah berpendapat bahwa mereka tidak dapat menunaikan kewajiban sebagaimana mestinya, melainkan dengan cara mengetahui dan memahami akidah yang dianut oleh pihak lawan, dengan alasan agar mereka dapat menyusun jawaban dalam debat tentang akidah dengan pihak lawan. Karena pendapat mereka itulah pemahaman umat Islam terhadap agama dan ajaran-ajaran agama lain di luar Islam menjadi semakin luas. Hal tersebut juga mengakibatkan bermunculan pendapat tentang tauhid.
        c) Filsafat Yunani
                Umat Islam bertemu lawan-lawan yang menggunakan filsafat dalam berakidah. Untuk menghadapi mereka, umat Islam pun mempelajari filsafat, yaitu Filsafat Yunani. Mereka memasukkan filsafat (hal-hal yang dianggap dapat menjadi alat untuk mempertahankan akidah) ke dalam ilmu-ilmu tauhid. Oleh karena itu, kitab-kitab yang berkembang sekarang, ada yang membahas tentang jauhar, arad, tawalud (beranak pinak), padahal semua itu inti dari Filsafat Yunani. Dengan demikian, ilmu tauhid terus berkembang dan bertambah luas pembahasannya serta bermacam-macam dimensinya. Akhirnya, ilmu itu sekarang kita kenal dengan ilmu kalam.

Tuesday, October 13, 2020

Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

HALO, MANTEMAN!

Berjumpa lagi dengan Ajeng di blog^^
Yuk kita lanjut bersama-sama ke pembahasan tentang perbedaan dan persamaan antara ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf.

Ilmu kalam dan filsafat menurut Ibnu Khaldun adalah bahwa persoalan-persoalan ilmu kalam sudah bercampur dengan persoalan-persoalan filsafat, sehingga sukar dibedakan satu sama lain. Nah, sebelum masuk ke perbedaan dan persamaan ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf, kita pahami dulu yuk apa pengertian dari ketiganya.
Kita dapat mengartikan ilmu kalam adalah ayat Alquran atau kalam Ilahi yang dijelaskan secara argumentatif dengan pendekatan akal (logika).
Filsafat berasal dari bahasa Arab 'falsafah' dan dari bahasa Yunani yang terbagi menjadi dua kata, yakni Philos dan Sophia. Philos memiliki arti cinta, sedangkan Sophia adalah bijaksana. Jadi, jika digabungkan Philosophia adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mencapai kebenaran yang asli karena kebenaran mutlak ada di tangan Tuhan. (Plato)
Tasawuf adalah sebagian ilmu dari ajaran Islam yang bertujuan agar seseorang tekun beribadah dan memutuskan hubungan kepada selain Allah. Tasawuf itu memiliki sifat subjektif. Mengapa? Karena tasawuf berkaitan dengan pengalaman seseorang. Maksudnya bagaimana? Jadi begini, karena tasawuf itu orientasinya terhadap Tuhan, maka artinya tasawwuf itu merasakan atau dirasakan sendiri.
Jadi, dari pengertian-pengertian di atas kita bisa nih menyimpulkan kesamaan dari ketiganya, yakni dari segi objeknya yaitu ketuhanan, sedangkan perbedaan dari ketiganya adalah aspek metodenya.
1. Ilmu Kalam: Nash dengan nash
2. Filsafat: Tidak terikat dengan ajaran agama alias berdiri sendiri. Maksudnya, filsafat dapat membahas hal-hal selain agama juga.
3. Tasawwuf: Mengenyam aqidah dengan hati nurani dan dihubungkan dengan nash.

Sekian dulu ya pembahasan kita kali ini.
إلى اللقاء إن شآء الله ^^
بارك الله فيكم
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tuesday, October 6, 2020

Ilmu Kalam

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

HALO, MANTEMAN!

Berjumpa lagi dengan Ajeng di blog^^

Kali ini, Ajeng mau membahas sedikit tentang ilmu kalam. Apa ya ilmu kalam itu?

Ilmu kalam adalah ilmu teologi, yakni ilmu yang mempelajari tentang Tuhan. Ilmu Kalam juga memiliki kaitan dengan kepercayaan tentang Tuhan dan alam semesta.

Ada beberapa nama untuk ilmu ini:

1. Ilmu Kalam = Membicarakan tentang perkataan atau firman Allah.

2. Ilmu Ushuluddin = Membicarakan tentang pokok agama.

3. Ilmu Tauhid = Membicarakan tentang keesaan Allah.

4. Ilmu Aqidah = Membicarakan tentang kepercayaan.

Apakah ilmu kalam ada di zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam? Jawabannya, ada. Kembali lagi ke salah satu pengertian ilmu kalam, yakni membicarakan tentang perkataan Allah, tentu ilmu kalam sudah ada, tetapi belum menjadi suatu disiplin ilmu. Ilmu kalam di zaman nabi adalah realitas tanpa nama. Sama halnya dengan ilmu tajwid, yang sudah diajarkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentunya, tetapi belum menjadi suatu bangunan ilmu.

Kalau begitu, ilmu kalam sama dengan ilmu tafsir dong? Kan sama-sama membahas perkataan Allah. Tentu tidak karena ilmu tafsir itu terikat/baku. Ilmu tafsir memiliki kaidah-kaidah tertentu, kaidah sebagai mufassir, misalnya. Lagipula, tafsir itu mendekati maksud terdalam firman Allah dengan kaidah-kaidah tertentu, sedangkan ilmu kalam tidak terikat/baku karena semua pembahasan yang melebar di dalam ilmu kalam adalah hasil interpretasi dari ulama-ulama mutakallimin.

Namun kenapa dinamakan ilmu kalam?

Yang pertama, karena kalam/firman Allah menjadi persoalan di masa awal Islam. Yang kedua, dalil-dalil akal pikiran yang pengaruhnya tampak jelas pada pembicaraan ulama kalam. Yang ketiga, karena merupakan pembuktian kepercayaan-kepercayaan agama menyerupai logika di dalam filsafat.

Fungsi ilmu kalam sendiri adalah menjawab problematika penyimpangan teologis agama lain dan untuk menopang sistem nilai ajaran Islam serta menjadi penguat landasan keimanan umat Islam melalui landasan filosofis logis.

Hmm.. Kalau buah dari mempelajari ilmu kalam apa? Jawabannya adalah menjadikan kita orang yang lebih bijak dalam menghadapi perbedaan. Wawasan pun menjadi lebih luas karena kita semakin banyak tahu apa alasan atau dasar yang diambil dari orang lain.


Cukup sekian dariku, ya. Terima kasih telah membaca. Semoga bermanfaat untuk kita semua. See you!

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pemikiran Kalam Indonesia (H.M. Rasyidi dan H.M Nasution)

 1. Profil H.M. Rasjidi Prof. Dr. H. M. Rasjidi dilahirkan di Kotagede, Yogyakarta, hari Kamis Pahing tanggal 20 Mei 1915, saat kalender Hij...